Kamis, 06 Desember 2012

Tawuran Antar Pelajar di Indonesia


Pada posting pertama kali ini saya akan membahas masalah seputar TAWURAN yang sempat heboh kembali belakangan ini.Oke pertama-tama kita masuk ke definisinya dahulu apa sih itu TAWURAN.Menurut yang saya dapat dari berbagai referensi
















TAWURAN itu sebuah istilah yang di pakai di INDONESIA,khususnya oleh masyarakat kota-kota besar sebagai perkelahian dan tindak kekerasan yang di lakukan oleh sekelompok masyarakat.
Alhamdulillah dulu semasa saya SMA enggak pernah ikut-ikutan yang namanya TAWURAN maklum saya anak baik-baik hehehe.Oiya sekedar informasi ajah saya dulu sekolah di SMA NEGERI 4 BEKASI itu lhoo yang deket ALEXINDO *orang bekasi pasti tau* hahaha.
          Oke mari kita lanjut ke topik.
TAWURAN sendiri beragam sebabnya mulai dari hal sepele sampe hal yang emang serius.Waktu itu pernah saya lagi nonton TV kebetulan acaranya berita tentang TAWURAN dan saya terkejut di headline news nya tertuliskan "TAWURAN antar sekolah blablabla dengan blablabla hanya karena masalah berebutan GADIS" iyaaa GADIS,PEREMPUAN..Ya ALLAH cuma gara-gara PEREMPUAN ajah kalian sampe bacok-bacokan?bunuh-bunuhan?jadi ragu saya dengan status "PELAJAR" kalian.Kalian ini kan orang-orang yang berpendidikan bukan seorang Bar-Bar,jadi tolong berpikir menggunakan pemikiran yang benar.
           Kadang miris kalau menyaksikan anak sekolah/mahasiswa TAWURAN  apa pun alat yang bisa dipakai mau batu,balok,gesper yang ada rantai nya,apa ajah deh di pake yang menting bisa bikin musuhnya ngeluarin darah.Penurunan moral di kalangan pelajar dan mahasiswa sudah sangat memprihatinkan, untuk apa pendidikan yang mahal kalau hanya melahirkan pelajar-pelajar yang nakal.Coba mari kita bandingkan Pemuda zaman dulu dengan zaman sekarang,contohnya Ir.Soekarno di usia 18 tahun, sudah membuat gagasan tentang landasan negara, dan Sutan Syahrir di usia 24 tahun sudah mampu menjadi diplomat dan banyak lagi tokoh-tokoh pergerakan di usia yang sangat muda sudah membuat gagasan-gagasan besar bagi negara dan bangsa.
          Dari sisi psikologis, sebenarnya apa yang menyebabkan pelajar begitu brutal dan suka menyelesaikan masalah menggunakan kekerasan?
Psikologinya masih berkembang
Manusia selalu memasuki fase remaja dalam hidupnya yang terjadi saat berumur 12-23 tahun. Fase remaja memang diperlukan karena masa tersebut adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Karena sifatnya yang individual, fase remaja tidak bisa disamakan antara satu individu dengan individu lainnya.
Dalam masa-masa ini, remaja perempuan seringkali ditemukan lebih cepat mengalami perkembangan psikologis.
4 faktor ini juga menjadi alasan dibalik ringkihnya mental pelajar:
1. Faktor internal                                     
Ketidakmampuan/kurang mampunya beradaptasi dengan lingkungan sosial yang kompleks menimbulkan tekanan pada setiap orang. Terutama pada remaja yang mentalnya masih labil dan masih dalam pencarian jati diri dan tujuan hidup. Kekompleksan seperti keberagaman budaya, kemampuan ekonomi dan pandangan tidak bisa diterima sehingga dilampiaskan lewat kekerasan.Saat tidak mampu beradaptasi, rasa putus asa, menyalahkan orang lain dan memilih cara instan untuk memecahkan persoalan membuat rasa frustasi semakin mengendalikan emosi pelajar yang labil. Ketidakpekaan terhadap perasaan sesamanya mengakibatkan pelajar tega menganiaya hingga membunuh sesamanya. Sebenarnya, dalam diri mereka butuh pengakuan.
2. Faktor keluarga 
Jika keluarga tidak bahagia, bahkan ada kekerasan dalam rumah tangga akan berdampak pada mental psikologis anak. Secara tidak langsung, remaja akan meniru pola yang ia lihat di dalam keluarganya. Anak yang terlalu dilindungi orangtuanya (dimanja) juga akan sama saja. Saat bergabung dalam kelompok sosialnya di sekolah, ia akan menyerahkan diri secara total tanpa memiliki kepribadian dan prinsip yang kuat.Penyesuaian emosional yang kurang memadai ditambah dengan kelompok sosial yang tidak benar semakin memungkinkan terjadinya TAWURAN antar pelajar.
3. Faktor sekolah 
Kebosanan di dalam ruang belajar mengajar seperti tindak belajar mengajar yang monoton, tidak mengijinkan siswa untuk bertindak kreatif, terlalu mengekang dan otoriter juga menjadi pengaruh. Sebagian besar hidup remaja juga dihabiskan di sekolah, tempat ia belajar sekaligus mengekspresikan dirinya. Tak heran jika sekolah sering disebut sebagai rumah kedua.Siswa yang bosan akan memilih untuk bersenang-senang di luar sekolah. Guru sekolah dinilai sebagai pihak otoriter yang gemar menghukum siswanya ketimbang mendidik dalam arti yang sebenarnya.
4. Faktor lingkungan 
Faktor ini jauh lebih luas daripada lingkungan rumah remaja. Lingkungan ini juga berbicara sekolah, media televisi, media cetak dan ketidakpuasan atas negara atau fasilitas negara. Jika diruntut dari faktor lingkungan, media-media dan teladan pemerintah juga menjadi sorotan atas TAWURAN pelajar.Masih ingat dengan kasus perkelahian dewan yang terhormat? Media yang menampilkan dan oknum yang berbuat juga bisa dipersalahkan karena memberi teladan yang buruk.Rasa solidaritas yang diberikan remaja, seringkali berada di jalur yang salah. Sebaiknya perlu ditekankan ulang akan pentingnya mengendalikan rasa solidaritas dengan akal pikiran sehat dan jiwa toleransi antar manusia yang tinggi. Solidaritas tidak selalu ikut-ikutan dalam hal buruk.
Pencegahan jangka panjang mutlak diperlukan
          Sebenarnya ada pencegahan jangka pendek, tapi menurut saya pencegahan yang paling baik adalah pencegahan jangka panjang. Dari sisi psikologis, remaja harus mampu mempersiapkan diri dari masa peralihan kanak-kanak menuju dewasa dengan baik. Penerimaan jati diri yang benar akan menjadikan pribadi remaja yang stabil dan berpikiran sehat. Selain menerima diri sendiri, remaja harus mampu menerima orang lain yang memiliki banyak keragaman.Tentunya remaja perlu adanya bantuan dari faktor keluarga, sekolah dan lingkungan. Jika pembenahan dilakukan secara penuh terhadap 4 faktor diatas, seharusnya kekerasan antar pelajar takkan terjadi. Singkatnya, pembenahan yang dilakukan akan sangat banyak cabang rantingnya.
Kalau di Parlemen sendiri TAWURAN di pertontonkan, maka generasi muda kehilangan keteladanan. Kalau saja para pemimpin mempertontonkan ketidakadilan, maka generasi muda pun menegakkan keadilan dijalanan.
          Seharusnya kita bisa bangkit dari semua keburukan dan keterpurukan sekarang ini, kalau saja ada yang bisa menjadi sosok yang patut diteladani, yang menyadarkan kita dan membangkitkan semangat perjuangan bersama untuk mencapai Indonesia yang lebih baik. Indonesia memang harus lebih baik dari sekarang, dan itulah yang harus terus kita perjuangkan.

SALAM BANGKIT UNTUK INDONESIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar