Kamis, 06 Desember 2012

Hubungan Pertumbuhan Penduduk dengan Kesejahteraan


1. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk atau migrasi baik perpindahan ke luar maupun ke luar. Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan penduduk yang minus berarti jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah mengalami penurunan yang bisa disebabkan oleh banyak hal. Pertumbuhan penduduk meningkat jika jumlah kelahiran dan perpindahan penduduk dari luar ke dalam lebih besar dari jumlah kematian dan perpindahan penduduk dari dalam ke luar.




2. Dampak negatif dari pertumbuhan penduduk
 Menurut Thomas Robert Malthus dalam Essay on the Principle of Population (1798), dikatakan bahwa “ penduduk bertambah menurut deret ukur dan bahan makanan bertambah menurut deret hitung. Dengan demikian pertumbuhan penduduk lebih cepat daripada produksi makanan yang dibutuhkan. Jika hal ini terus menerus dibiarkan maka akan terjadi ledakan penduduk.
Ledakan penduduk sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang cepat seperti itu memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat dan hal ini pun
membuat pemerintah berusaha untuk mengatasinya ledakan penduduk tersebut.

3. Dampak Ledakan Penduduk antara lain :
1. Jumlah pengangguran semakin meningkat
2. Kekurangan pangan yang menyebabkan kelaparan dan gizi rendah
3. Kebutuhan pendidik, kesehatan dan perumahan sukar diperoleh
4. Terjadinya polusi dan kerusakan lingkungan
5. Tingkat kemiskinan semakin meningkat

4. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Kemiskinan
Jumlah penduduk yang besar sebagai penyebab timbulnya kemiskinan, Tinggi rendahnya jumlah penduduk dipengaruhi oleh proses demografi yakni; kelahiran, kematian, dan migrasi. Tingkat kelahiran yang tinggi sudah barang tentu akan meningkatkan tingkat pertumbuhan penduduk. Namun demikian, tingkat kelahiran yang tinggi di Indonesia kebanyakan berasal dari kategori penduduk golongan miskin. pertumbuhan penduduk berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu para penentu kebijakan dan perencana program untuk dapat mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tepat sasaran.

5. Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap lingkungan hidup
Ujung dari semua ledakan penduduk itu adalah kerusakan lingkungan dengan segala dampka ikutannya seperti menurunnya kualitas pemukiman dan lahan yang ditelantarkan, serta hilangnya fungsi ruang terbuka. Dampak lonjakan populasi bagi lingkungan sebenarnya tidak sederhana. Persoalannya rumit mengingat persoalan terkait dengan manusia dan lingkungan hidup. Butuh kesadaran besar bagi tiap warga negara, khusunya pasangan yang baru menikah, untuk merencanakan jumlah anak.

Usaha yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi ledakan penduduk
 antara lain :
1. Memperluas lapangan kerja melalui industrialisasi
2. Melaksanakan program Keluarga Berencana (KB)
3. Meningkatkan produksi pangan sesuai kebutuhan penduduk
4. Melaksanakan program transmigrasi
5. Menambah sarana pendidikan dan perumahan sederhana

6. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Kesejahteraan
       Jumlah penduduk yang besar dalam hal ini, selain membuat kerugian, juga ada keuntungannya, dengan pertumbuhan penduduk rakyat jadi makin bisa saling bersosialisai, bermusyawarah, dan bersilahturahmi memprkuat kerukunan dan kesatua. Dan hubungannya dengan kesejahteraan banyak, seperti halnya, dengan adanya pertumbuhan penduduk, jadi semakin banyak orang-orang baru yang memiliki kelebihannya masing-masing, terutama dalam HAL IT/Teknologi dengan orang-orang ini kita dapat hidup sejahtera, knpa demikian, dengan adanya orang yang baru, yang memiliki inovasi dan menciptakan sesuatu yang baru, kita dapat merasakannya, dan juga dapat memperdayakan SDM yang ada dengan cara kita latih agar bisa seperti orang-orang baru tersebut.
          Jadi pada dasarnya hubungan Pertumbuhan Penduduk terhadap Kesejahteraan sangat bagus dan banyak keterkaitannya diantaranya :
1. Dengan adanya SDM baru yang muda, berprestasi pula dapat mengajarkan orang-orang yang terdahulu/ jadul/ yang belum mengerti akan teknologi
2. Dengan Membuat lapangan pekerjaan yang baru, untuk para org yang membutuhkan pekerjaan/ tidak tidak dapat melanjutkan sekolah.
3. Dengan saling bergotong-royong bersama-sama saling bahu membahu untuk bisa menjaga persatuan dan kesatuan negara kita.
4. Adanya saling bantu bila mengalami musibah.
5. Saling menjada keamanan lingkungan masing-masing.
6. Dan semakin banyak manusia yang bisa memikirkan sodara-sodara kita yang kesusahan, agar sama-sama bisa maju.

MENGATASI KENAKALAN REMAJA SAAT KINI


Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
     Seiring dengan perkebangan ZAMAN yang makin Modern ini, maka makin banyak pula segala style / gaya-gaya yang di ikutin/ di contoh oleh para pemuda dan pemudi kita. Sehubungan dengan masalah perkembangan zaman ini, banyak para pemuda/i dan para Remaja kita yang terlalu mendalami perkembangan ZAMAN , memang sungguh baik dan sangat disyukuri khususnya dalam hal yang positif karena, jadi g ketinggalan jaman (anak sekarang bilang Jadi G KEPO) hehehe...

          Namun, kebanyakan dari kawan” saya, (“ya berhubung saya juga masih remaja <muda> :) ) banyak para ramaja yang sepantar dengan saya ya mungkin hanya beberapa saja yang saya tau kabarnya, ada yang Hamil usia muda, masuk penjara gara-gara narkoba, balap liar, membuat keributan dan termasuk pada Tawuran antar Pelajar/ Mahasiswa  padahal mereka masih (SMP/SMA dan Muda-Muda), kena gt... kyanya buat mereka klaw g gt g afdol :) dan ada pula yang salah menafsirkannya.

-      Contohnya :
muda-muda terkadang temennya yang berbuat aneh-aneh (Berprilaku Negative) dan kita sebagai sorang diri pribadi otomatis yang memiliki gensi yang besar dan tidak di kuatkkan IMAN makanya langsung lah mencoba/ mengikuti apa yang di bilang temannya supaya katanya diri kita GAUL, KEREN, BEKEN dan G KEPO... i
Nah di bawah ini saya akan menjelaskan masalah2 kenakalan remaja dan cara2 mengatasinya yuk kita lihat..

Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Masa remaja erat kaitannya dan sering sekali dihubung-hubungkan dengan yang namanyakenakalan remaja. Masa remaja secara umum merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Sebenarnya kenakalan remaja itu timbul akibat dari ketidak mampuan anak dalam menghadapi tugas perkembangan remaja yang harus dipenuhi.
Pada masa remaja banyak sekali perubahan yang terjadi pada diri anak, baik segi psikis maupun fisiknya. Dalam segi psikis bayak teori-teori perkembangan yang memaparkan ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan pada lingkungan. Jika tidak diwaspadai, perubahan-perubahan psikis yang terjadi sebagai tugas perkembangan remaja itu akan berdampak negatif pada remaja.

Masalah yang timbul apabila tidak memenuhi tugas perkembangan remaja
Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu :
  1. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
  2. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Remaja masa kini banyak sekali tekanan-tekanan yang mereka dapatkan, mulai dari perkembangan fisiologi, ditambah dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya serta perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau perilaku yang mengakibatkan bentuk penyimpangan perilaku yang disebut kenakalan remaja.
Menurut blog yang saya baca, tekanan-tekanan yang timbul dari lingkungan dan orang tua yang menginginkan anak melakukan peran dewasa, padahal mereka masih tergolong dalam masa remaja, secara psikologis anak belum mampu menghadapinya. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan remaja (Fuhrmann, 1990).
Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja (dari segi lingkungan)
Faktor lingkungan merupakan peran untama dalam membantu masa remaja untuk menyelesaikan tugas perkembangannya. Adapun faktor faktor yang dapat menyebabkan munculnya kenakalan remaja adalah Keluarga (rumah tangga), Sekolah, dan Kondisi Masyarakat (lingkungan social).
1.   Keluarga (rumah tangga)
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik atau disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadianantisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga sehat atau harmonis (sakinah).

2.  Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak didik untuk berperilaku menyimpang. Misalnya, kurikulum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang. Dalam hal ini yang paling berperan adalah guru Agama, guru PKN dan Bimbingan Konseling, meskipun semua elemen sekolah bertanggung jawab atasperilaku anak di sekolah.

3.   Kondisi Masyarakat (Lingkungan Sosial)
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau “rawan”, merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untukberperilaku menyimpang. Faktor lingkungan yang sehat misalnya:ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut, antara lain:
Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan) ;
  1.  Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malambahkan sampai dini hari
  2. Peredaran alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya
  3. Pengangguran
  4. Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
  5. Wanita tuna susila (wts)
  6. Beredarnya bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan kekerasan
  7. Perumahan kumuh dan padat
  8. Pencemaran lingkungan
  9. Tindak kekerasan dan kriminalitas
  10. Kesenjangan sosial

 Daerah Rawan (Gangguan Kantibmas) ;
  1. Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya
  2. Perkelahian perorangan atau berkelompok/massal
  3. Kebut-kebutan
  4. Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan
  5. Perkosaan
  6. Pembunuhan
  7.  Tindak kekerasan lainnya
  8. Pengrusakan
  9. Coret-coret dan lain sebagainya
Kondisi psikososial yang seperti ini, merupakan faktor yang kondusif (rawan) bagi terjadinya kenakalan remaja.




Cara Mengatasi Kenakalan Remaja I
Masa remaja sebagai periode merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah (kenakalan remaja). Untuk itu perlu adanya perhatian khusus serta pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan.
Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia. Demikian sedikit paparan mengenai cara mengatasi kenakalan remaja, semoga kenakalan remaja di negeri ini berkurang.

Cara Mengatasi Kenakalan Remaja II
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut :
1.       Kegagalan menghadapi identisan peran dan lemahnya control diri bisa dicegah atau bisa diatasi dengan prinsif keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, juga mereka berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.

2.       Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi mereka.

3.       Kehidupan beragama keluarga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian sosila keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan melalukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma-norma agama.

4.       Untuk menghindari masalah yang timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua juga hendaknya memberikan kesibukan dan mempercfayakan tanggungjawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggungjawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan memberikan tanggungjawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak “Keluyuran” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggungjawab dalam ruamh tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasab teman yang baik.

5.       Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar anak memilih jurusan sesuai dengan bakat, kesenangan, dan hobi si anak. Tetapi apabila anak tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihanya. Sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai.

6.       Mengisi waktu luang diserahkan kepada kebijaksanaan remaja. Remaja selain membutuhkan materi, juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Oleh karena itu. Waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan dapat berupa melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, catur dan lain sebagainya. Selain itu, dapat pula berupa tukar pikiran berbicara dari hati ke hati, misalnya makan malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Kegiatan keluarha ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga.

7.       Remaja hendaknya pandai memilih lingkungan pergaulan yang baik serta orang tua memberi arahan arahan di komunitas nama remaja harus bergaul.

8.       Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman-teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

KETIDAK HARMONISAN ANTAR UMAT BERAGAMA


Terdapat delapan faktor utama penyebab timbulnya kerawanan di bidang kerukunan hidup umat beragama ditilik dari dampak kegiatan keagamaan antara lain :


1.       Pendirian Tempat Ibadah. Tempat ibadah yang didirikan tanpa mempertimbangkan situasi dan kondisi lingkungan umat beragama setempat sering menciptakan ketidak-harmonisan umat beragama yang dapat menimbulkan konflik antar umat beragama.

2.       Penyiaran Agama. Penyiaran agama, baik secara lisan, melalui media cetak seperti brosur, pamflet, selebaran dsb, maupun media elektronika, serta media yang lain dapat menimbulkan kerawanan di bidang kerukunan hidup umat beragama, lebih-lebih yang ditujukan kepada orang yang telah memeluk agama lain.

3.       Bantuan Luar Negeri. Bantuan dari Luar negeri untuk pengembangan dan penyebaran suatu agama, baik yang berupa bantuan materiil / finansial ataupun bantuan tenaga ahli keagamaan, bila tidak mengikuti peraturan yang ada, dapat menimbulkan ketidak-harmonisan dalam kerukunan hidup umat beragama, baik intern umat beragama yang dibantu, maupun antar umat beragama.


4.       Perkawinan beda Agama. Perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang berbeda agama, walaupun pada mulanya bersifat pribadi dan konflik antar keluarga, sering mengganggu keharmonisan dan mengganggu kerukunan hidup umat beragama, lebih-lebih apabila sampai kepada akibat hukum dari perkawinan tersebut, atau terhadap harta benda perkawinan, warisan, dsb.

5.       Perayaan Hari Besarkeagamaan. Penyelenggaraan perayaan Hari Besar Keagamaan yang kurang mempertimbangkan kondisi dan situasi serta lokasi dimana perayaan tersebut diselenggarakan dapat menyebabkan timbulnya kerawanan di bidang kerukunan hidup umat beragama.

6.       Penodaan Agama. Perbuatan yang bersifat melecehkan atau menodai agama dan keyakinan suatu agama tertentu yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, dapat menyebabkan timbulnya kerawanan di bidang kerukunan hidup umat beragama.

7.       Kegiatan Aliran Sempalan. Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang
didasarkan pada keyakinan terhadap suatu agama tertentu secara menyimpang dari ajaran agama yang bersangkutan dapat menimbulkan keresahan terhadap kehidupan beragama, sehingga dapat pula menyebabkan timbulnya kerawanan di bidang kerukunan hidup beragama.
8.       Aspek Non Agama yang mempengaruhi. Aspek-aspek non agama yang dapat mempengaruhi kerukunan hidup umat beragama antara lain : kepadatan penduduk, kesenjangan sosial ekonomi, pelaksanaan pendidikan, penyusupan ideologi dan politik berhaluan keras yang berskala regional maupun internasional, yang masuk ke Indonesia melalui kegiatan keagamaan.

          Di tingkat budaya hukum masih terdapat isu-isu yang cenderung provokatif yang terkadang berpengaruh pada sebagian masyarakat sehingga dapat menimbulkan sikap saling curiga. Sementara itu, sikap memandang atau menilai agama orang lain berdasarkan kriteria keyakinan agamnya sendiri, selain tidak menghargai keyakinan orang lain, juga dapat memicu munculnya rasa kurang senang atau bahkan antipati antar kelompok agama.
          Pemberitaan pers kadang juga dipandang oleh sebagian masyarakat masih mengeksploitasi permasalahan antar kelompok tanpa mempertimbangankan dampak yang ditimbulkannya pada segi-segi keamanan dan keharmonisan hubungan antar kelompok masyarakat.
          Kebijakan Pemerintah yang dirasakan oleh sebagian masyarakat kurang mencerminkan keadilan dan lemahnya penegakan hukum berpotensi terhadap timbulnya ketidak harmonisan hubungan antar kelompok sosial dan umat beragama, maupun hubungan antar umat beragama dengan pemerintah. Ketidak adilan dan kesenjangan sosial, ekonomi, hukum dan politik sering menimbulkan dan mempermudah elemen luar masuk sehingga dapat memicu terjadinya konflik antar kelompok dalam masyarakat. Perebutan lahan antar pendatang dan penduduk yang menetap lebih dulu merupakan potensi yang dapat berkembang menjadi marjinalisasi kelompok-kelompok sosial yang dan kemudian dapat berpotensi menjadi konflik antar kelompok-kelompok sosial yang mungkin saja kebetulan juga mewakili kelompok-kelompok keagamaan. Otonomi daerah menimbulkan wajah ganda; di satu sisi sangat bermanfaat bagi warga setempat dalam upaya mengembangkan diri, namun di sisi lain juga berpeluang bagi tumbuhnya sikap primordialisme dan ketertutupan.
          Kurangnya komunikasi antar tokoh/ pemuka agama, dipandang dapat berpengaruh terhadap ketidak harmonisan hubungan antar kelompok masyarakat dan kurang dapat berfungsinya peran antisipasi pencegahan kesalahpahaman antar kelompok, terutama di tingkat kecamatan dan pedesaan. Persoalan pendirian rumah ibadah yang kurang memenuhi prosedur, penyiaran agama, dan aliran-aliran sempalan di lingkungan internal kelompok agama masih dirasakan sebagian masyarakat sebagai gangguan dalam membangun hubungan umat yang harmonis.
          Budaya kekerasan dengan dalih agama kerap kali muncul karena implementasi doktrin agama secara tidak proporsional. Sementara itu masih sering muncul isu-isu yang kurang berdasar, seperti isu Islamisasi atau isu Kristenisasi. Isu-isu seperti ini terkadang berpengaruh pada sebagian masyarakat sehingga dapat menimbulkan sikap saling curiga. Sikap memandang atau menilai agama orang lain berdasarkan kriteria keyakinan agamanya sendiri, selain tidak menghargai keyakinan orang lain, juga dapat memicu munculnya rasa kurang senang atau bahkan antipati antar kelompok agama.
          Secara kultural masyarakat kadang masing belum menerima jika pendirian rumah ibadah memerlukan pengaturan oleh pemerintah dalam rangka fungsi ketertiban. Banyak orang beranggapan bahwa pendirian rumah ibadah tidak perlu diatur oleh pemerintah, karena sejak nenek moyang membuat rumah ibadah tidak perlu ijin dari siapapun. Padahal, Peraturan Bersama 2006, khususnya tentang pendirian rumah ibadah tidak dimaksudkan membatasi ibadah. Harus dibedakan antara mengatur pendirian rumah ibadah dan membatasi kebebasan beribadah. Semangat peraturan tersebut adalah menertibkan pendirian rumah ibadah dan menghindari konflik horizontal antar pemeluk agama.




Tawuran Antar Pelajar di Indonesia


Pada posting pertama kali ini saya akan membahas masalah seputar TAWURAN yang sempat heboh kembali belakangan ini.Oke pertama-tama kita masuk ke definisinya dahulu apa sih itu TAWURAN.Menurut yang saya dapat dari berbagai referensi
















TAWURAN itu sebuah istilah yang di pakai di INDONESIA,khususnya oleh masyarakat kota-kota besar sebagai perkelahian dan tindak kekerasan yang di lakukan oleh sekelompok masyarakat.
Alhamdulillah dulu semasa saya SMA enggak pernah ikut-ikutan yang namanya TAWURAN maklum saya anak baik-baik hehehe.Oiya sekedar informasi ajah saya dulu sekolah di SMA NEGERI 4 BEKASI itu lhoo yang deket ALEXINDO *orang bekasi pasti tau* hahaha.
          Oke mari kita lanjut ke topik.
TAWURAN sendiri beragam sebabnya mulai dari hal sepele sampe hal yang emang serius.Waktu itu pernah saya lagi nonton TV kebetulan acaranya berita tentang TAWURAN dan saya terkejut di headline news nya tertuliskan "TAWURAN antar sekolah blablabla dengan blablabla hanya karena masalah berebutan GADIS" iyaaa GADIS,PEREMPUAN..Ya ALLAH cuma gara-gara PEREMPUAN ajah kalian sampe bacok-bacokan?bunuh-bunuhan?jadi ragu saya dengan status "PELAJAR" kalian.Kalian ini kan orang-orang yang berpendidikan bukan seorang Bar-Bar,jadi tolong berpikir menggunakan pemikiran yang benar.
           Kadang miris kalau menyaksikan anak sekolah/mahasiswa TAWURAN  apa pun alat yang bisa dipakai mau batu,balok,gesper yang ada rantai nya,apa ajah deh di pake yang menting bisa bikin musuhnya ngeluarin darah.Penurunan moral di kalangan pelajar dan mahasiswa sudah sangat memprihatinkan, untuk apa pendidikan yang mahal kalau hanya melahirkan pelajar-pelajar yang nakal.Coba mari kita bandingkan Pemuda zaman dulu dengan zaman sekarang,contohnya Ir.Soekarno di usia 18 tahun, sudah membuat gagasan tentang landasan negara, dan Sutan Syahrir di usia 24 tahun sudah mampu menjadi diplomat dan banyak lagi tokoh-tokoh pergerakan di usia yang sangat muda sudah membuat gagasan-gagasan besar bagi negara dan bangsa.
          Dari sisi psikologis, sebenarnya apa yang menyebabkan pelajar begitu brutal dan suka menyelesaikan masalah menggunakan kekerasan?
Psikologinya masih berkembang
Manusia selalu memasuki fase remaja dalam hidupnya yang terjadi saat berumur 12-23 tahun. Fase remaja memang diperlukan karena masa tersebut adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Karena sifatnya yang individual, fase remaja tidak bisa disamakan antara satu individu dengan individu lainnya.
Dalam masa-masa ini, remaja perempuan seringkali ditemukan lebih cepat mengalami perkembangan psikologis.
4 faktor ini juga menjadi alasan dibalik ringkihnya mental pelajar:
1. Faktor internal                                     
Ketidakmampuan/kurang mampunya beradaptasi dengan lingkungan sosial yang kompleks menimbulkan tekanan pada setiap orang. Terutama pada remaja yang mentalnya masih labil dan masih dalam pencarian jati diri dan tujuan hidup. Kekompleksan seperti keberagaman budaya, kemampuan ekonomi dan pandangan tidak bisa diterima sehingga dilampiaskan lewat kekerasan.Saat tidak mampu beradaptasi, rasa putus asa, menyalahkan orang lain dan memilih cara instan untuk memecahkan persoalan membuat rasa frustasi semakin mengendalikan emosi pelajar yang labil. Ketidakpekaan terhadap perasaan sesamanya mengakibatkan pelajar tega menganiaya hingga membunuh sesamanya. Sebenarnya, dalam diri mereka butuh pengakuan.
2. Faktor keluarga 
Jika keluarga tidak bahagia, bahkan ada kekerasan dalam rumah tangga akan berdampak pada mental psikologis anak. Secara tidak langsung, remaja akan meniru pola yang ia lihat di dalam keluarganya. Anak yang terlalu dilindungi orangtuanya (dimanja) juga akan sama saja. Saat bergabung dalam kelompok sosialnya di sekolah, ia akan menyerahkan diri secara total tanpa memiliki kepribadian dan prinsip yang kuat.Penyesuaian emosional yang kurang memadai ditambah dengan kelompok sosial yang tidak benar semakin memungkinkan terjadinya TAWURAN antar pelajar.
3. Faktor sekolah 
Kebosanan di dalam ruang belajar mengajar seperti tindak belajar mengajar yang monoton, tidak mengijinkan siswa untuk bertindak kreatif, terlalu mengekang dan otoriter juga menjadi pengaruh. Sebagian besar hidup remaja juga dihabiskan di sekolah, tempat ia belajar sekaligus mengekspresikan dirinya. Tak heran jika sekolah sering disebut sebagai rumah kedua.Siswa yang bosan akan memilih untuk bersenang-senang di luar sekolah. Guru sekolah dinilai sebagai pihak otoriter yang gemar menghukum siswanya ketimbang mendidik dalam arti yang sebenarnya.
4. Faktor lingkungan 
Faktor ini jauh lebih luas daripada lingkungan rumah remaja. Lingkungan ini juga berbicara sekolah, media televisi, media cetak dan ketidakpuasan atas negara atau fasilitas negara. Jika diruntut dari faktor lingkungan, media-media dan teladan pemerintah juga menjadi sorotan atas TAWURAN pelajar.Masih ingat dengan kasus perkelahian dewan yang terhormat? Media yang menampilkan dan oknum yang berbuat juga bisa dipersalahkan karena memberi teladan yang buruk.Rasa solidaritas yang diberikan remaja, seringkali berada di jalur yang salah. Sebaiknya perlu ditekankan ulang akan pentingnya mengendalikan rasa solidaritas dengan akal pikiran sehat dan jiwa toleransi antar manusia yang tinggi. Solidaritas tidak selalu ikut-ikutan dalam hal buruk.
Pencegahan jangka panjang mutlak diperlukan
          Sebenarnya ada pencegahan jangka pendek, tapi menurut saya pencegahan yang paling baik adalah pencegahan jangka panjang. Dari sisi psikologis, remaja harus mampu mempersiapkan diri dari masa peralihan kanak-kanak menuju dewasa dengan baik. Penerimaan jati diri yang benar akan menjadikan pribadi remaja yang stabil dan berpikiran sehat. Selain menerima diri sendiri, remaja harus mampu menerima orang lain yang memiliki banyak keragaman.Tentunya remaja perlu adanya bantuan dari faktor keluarga, sekolah dan lingkungan. Jika pembenahan dilakukan secara penuh terhadap 4 faktor diatas, seharusnya kekerasan antar pelajar takkan terjadi. Singkatnya, pembenahan yang dilakukan akan sangat banyak cabang rantingnya.
Kalau di Parlemen sendiri TAWURAN di pertontonkan, maka generasi muda kehilangan keteladanan. Kalau saja para pemimpin mempertontonkan ketidakadilan, maka generasi muda pun menegakkan keadilan dijalanan.
          Seharusnya kita bisa bangkit dari semua keburukan dan keterpurukan sekarang ini, kalau saja ada yang bisa menjadi sosok yang patut diteladani, yang menyadarkan kita dan membangkitkan semangat perjuangan bersama untuk mencapai Indonesia yang lebih baik. Indonesia memang harus lebih baik dari sekarang, dan itulah yang harus terus kita perjuangkan.

SALAM BANGKIT UNTUK INDONESIA